Widget ini memungkinkan anda untuk menemukan mata uang yang sedang kuat ataupun lemah saat ini & seberapa kuat hubungan antar satu dengan yang lainnya. Alat trading ini dapat membantu untuk memilih strategi trading, mencari peluang, dan melakukan trade dengan penuh percaya diri. Buat tabel nilai pribadi melalui beberapa kali klik saja dengan memilih mata uang yang anda inginkan.
Showing posts with label Budidaya. Show all posts
Showing posts with label Budidaya. Show all posts
Pembuatan Kolam Ikan Belut Dari Terpal dan Bambu

Pembuatan Kolam Ikan Belut Dari Terpal dan Bambu

Siapkan bambu utuh agak besar yang bertindak sebagai pasak atau tunggak, dipasang mengelilingi kotak sesuai ukuran kolam terpal yang akan dibuat.
Siapkan juga bambu lainnya yang berukuran lebih kecil, lalu dibelah dua dan dipasang melintang atau horisontal di sebelah dalam pasak atau tunggak dengan memakunya pada pasak tersebut
Siapkan terpal yang tepinya telah dibuat lubang-lubang dari ring logam. Setelah keranka siap, pasang terpal ke dalam kerangka bambu tersebut. Ikat terpal pada kerangka bambu tersebut
Pasang pipa paralon sesuai dengan ketinggian air media budi daya yang diinginkan.

Beberapa alternatif media untuk pembesaran ikan belut dan susunannya adalah sebagai berikut :
  1. Tinggi total media 60 cm yang terdiri dari :
  2. Jerami padi dicacah 30%
  3. Pelepah pisang dicacah 10%
  4. Pupuk kandang 40%
  5. Larutan mikrostarter ½ setngah liter di campur dengan 20 liter air
  6. Tanah lumpur 20%
  7. Air setinggi 5 cm
Ternyata Mudah Budidaya Belut Di Kolam Terpal

Ternyata Mudah Budidaya Belut Di Kolam Terpal

Indonesia terdapat 3 jenis belut yakni belut sawah, belut rawa dan belut laut/payau. Paling banyak yang dibudidayakan oleh masyarakat adalah belut sawah. Habitat hidup belut cukup luas dari perairan tawar sampai perairan laut. Belut cendrung hidup diperairan dangkal denga dasar lumpur,sawah, tepian rawa-rawa, danau. Sungai atau genangan air lainnya.

Bentuk belut sangat berbeda dengan ikan karena lebih menyerupai ular yaitu gilig memanjang, tidak mempunyai sisip dada, sirip punggung dan sirip dubur telah mengalami perubahan bentuk menyerupai lipatan kulit tetapi belut termasuk dalam golongan ikan. Sedangkan sirip dada dan sirip punggung hanya berbentuk semacam guratan kulit yang halus. Bentuk ekor pendek dan tipis, badan lebih panjang dari ekornya. Cara hidupnya sangat berbeda dari ikan karena belut suka membenamkan diri didalam lumpur dengan membuat lubang sebagai tempat hidupnya. 

Belut tergolong jenis ikan yang toleran cukup tinggi terhadap lingkungan tumbuhnya, sehingga penyebarannya mencakup wilayah giografis yang luas. Namum belut dewasa dengan belut pada pase larwa dan anakan terdapat perbedaan tempat hidup yang disukai. Belut dewasa mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggisehingga dapat hidup didalam lumpur atau dimedia yang sangat keruh. Sedangka belut pada pase larva dan anakan lebih menyukai air yang berkualitas yang baik yakni pH 5-7. Hal ini karena pH yang terlalul asam dan basa tidak baik untuk proses pemijahan dan pemeliharaan larva belut.

Penebaran Benih
Benih belut yang ditebar dalam kolam terpal biasanya berukuran panjang sekitar 12-15 cm sebanyak 25 ekor/m2 atau berat sekitar 1-1,5 kg per m2 luas kolam budidaya. Oleh karena itu untuk menghindari tingginya angka kematian, maka harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  1. Benih yang ditebar sebaiknya dalam keadaan sehat, gesit, tidak sakit dan memiliki ukuran panjang tubuh yang sama. Hal ini untuk menghindari dari pesaingandalam memanfaatkan makanan.
  2. Sewaktu memasukkan belut kedalam media budidaya sebaiknya dengan pelan-pelan, sedikit demi sedikit biarkan belut keluar sendiri menuju kolam. Belut jangan dibenamkan dalam air media atau kolam dengan secara paksa. Bila belut yang ditebar kedalam kolam terpal dengan cepat membuat lubang itu artinya belut sudak cocok dengan media yang digunakan.
  3. Sebaiknya penebaran benih belut untuk pembesaran dilakukan disore hari dan pagi hari sebelum jam 09.00 karena waktu tersebut pengaruh intensitas cahaya matahari masih atau sudah berkurang
  4. Pembudidaya belut ada yang berani menabar belut pada siang hari setelah benih belut diistirahatkan selama 30 menit dan diberi air serta larutan gula.
  5. Media yang sudah diisi belut jangan diaduk-aduk lagi karena dapat membuat belut stress dan mengalami kematian yang ditandai dengan keluarnya belut dari media lumpur atau belut merayap pada permukaan dipagi-siang hari. Kematian tersebut dapat disebabkan oleh strees, luka atau racun

Media budidaya Belut
Pembuatan media untuk budidaya belut cukup berbeda dengan beudidaya ikan yang lainnya karena didalam media juga harus terkandung bahan organic sebagai tempat untuk membenamkan diri. Terkait dengan pembuatan media untuk belut yang dibudidayakan pada kolam terpal, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yakni :
  1. Media budidaya belut memerlukan bahan organic yaitu berupa tanah dan kedeboh pisang. Oleh karena bahan organic tersebut lebih berat daripada air dalam volume yang sama, penyangga kolam terpal harus dibuat lebih kuat agar tidak jebol.
  2. Sebelum belut ditebar, upayakan media budidaya sudah bener-bener sudah siap. Bila proses pematangan media masih berjalan ( ditandai dengan masih berprosesnya gas bahan organic/suhu masih agak tinggi) bisa menggangu kehidupan belut 
  3. Sebisa mungkin hindari kebocoran kolam terpal akibat digerogoti tikus. Kebocoran dapat menyebabkan media mongering dan dapat membahayakan kehidupan belut.
Pemberian Pakan
Tanah humus merupakan sumber makanan yang baik untuk belut karena didalam nya terdapat hewan renik seperti makrobenthos, cacing, siput, kerang atau larwa nyamuk. Tanah humus juga banyak mengandung banyak air yang sangat membantu sebagai media kehidupan belut. Perhitungan pakan belut dilakukan dengan cara menghitung presentasi dari berat awal jumlah keseluruha belut yang dibudidayakan. Takaran pakan yang diberikan harus semakin meningkat mulai 5 -20%. Pemberian pakan untuk pertumbuhan belut diberikan 2-3 kali sehari. Pemberian pakan dilakukan pada waktu pagi hari dan sore hari. Pemberian pakan juga harus menberikan rasa nyaman bagi belut. Alasanya karena dengn rasa nyaman akan dapat mempengaruhi nafsu makannya sehingga belut mampu makan secara optimal. Beberapa cara pemberian pakan pada belut yakni :
  1. Beberapa hari sebelum benih belut ditebar dalam media budidaya, pada media budidaya sebaiknya dimasukkan pakan alami seperti bekecot, keong, yuyu stsu hewan lainnya yang telah direbus terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar pakan alamim tersebut bisa terurai atau tercampur dengan media budidaya sehingga mikroorganisme yang dibutuhkan belut bisa tumbuh.
  2. Pakan yang diberikan hidup berupa ikan kecil atau kecebong, perhatikan kondisi ketinggian air jangan sampai terlalu tinggi karena belut akan kesulitan menangkapnya.
  3. Pakan yang diberikan berupa cacing, kondisikan cacing dapat hidup pada media budidaya dengan harapan belut dapat memakannya.
  4. Binatang mati juga dapat sebagai pakan alternative untuk kosumsi belut, tetapi harus sesuai takaran dan harus direbus dulu agar bisa bertahan lama dan tidak menimbulkan bau busuk pada air media budidaya.

Pemberian Pakan Pembesaran Belut Selama 4 Bulan untuk 10 Kg Belut
  1. Umur 30 hari dari awal penebaran, presentase pakan yang diberikan 5%, berat pakan yang diberikan 0,5 kg/hari dan jumlah pemberian pakan 30 x 0,5 = 15 kg
  2. Umur 60 hari, presentase pakan yang diberikan 10%, berat pakan yang diberikan 1 kg/hari dan jumlah pemberian pakan 60 x 1 : 2 = 30 kg
  3. Umur 90 hari, presentase pakan yang diberikan 15%, berat pakan yang diberikan 1,5 kg/hari dan jumlah pemberian pakan 90 x 1,5 : 3 = 45 kg
  4. Umur 120 hari , presentase pakan yang diberikan 20%, berat pakan yang diberikan 2 kg/hari dan jumlah pakan 120 x 2 : 4 = 60 kg

Budidaya Cacing Tanah

Budidaya Cacing Tanah

Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih.Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.

Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16 Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan.[ Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.

Budidaya cacing tanah adalah salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk membuat lingkungan menjadi lebih baik. Manfaat cacing tanah :
Cacing tanah dapat membantu mengolah sampah dapur menjadi kompos yang baik untuk tumbuhan. Cacing tanah mampu mengubah bahan organik yang dimakan menjadi kotoran (castings) dan urine (worm tea). Kandungan urea dalam urine cacing adalah pupuk alami yang baik. Terlebih kotoran cacing mengandung nitrogen, fosfor, magnesium, potasium, dan kalsium yang penting untuk pertumbuhan tanaman.
Tubuh cacing tanah yang terdiri atas 70% protein adalah sumber makanan bergizi tinggi bagi hewan ternak dan peliharaan seperti ayam, bebek, ikan, sidat, dan burung.

Kegiatan menggali yang dilakukan cacing tanah mampu menciptakan sistem drainase alami, meningkatkan jumlah udara dan air dalam tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur dan baik untuk ditanami semua jenis tanaman.

1. Persiapan Sarana dan Peralatan
Kandang bisa dibuat dari bahan-bahan murah dan mudah didapat seperti papan bekas, bambu, ijuk, rumbia dan genteng tanah liat. Untuk kandang permanen peternakan skala besar contohnya berukuran 1.5 x 18 m dan tinggi 0.45 m. Didalamnya dibuah wadah-wadah tempat pemeliharaan seperti rak-rak bertingkat, dan kandang boleh terbuka tanpa dinding. Model-model sistem budidaya yang bisa diterapkan antara lain: kotak bertumpuk, rak berbaki, pancing berjajar dan pancing bertingkat.

2. Pembibitan
Persiapan untuk budidaya cacing tanah adalah: Meramu media tumbuh, Menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan kandang pelindung

Pemilihan Bibit:
a. Pemilihan Bibit Calon Induk
Untuk sekala komersial sebaiknya menggunakan bibit yang sudah ada karena diperlukan jumlah yang besar, tapi untuk skala kecil bisa mencari bibit cacing tanah dari alam, misalnya dari lingkungan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan kotoran hewan.

b. Pemeliharaan Bibit Calon Induk
Dalam pola pemeliharaan terbagi menjadi beberapa cara:
  1. Cacing tanah dipelihara dalam jumlah banyak sesuai dengan tempat yang ada, dengan pemilihan Cacing tanah yang muda atau dewasa. Jika wadah berukuran panjang 2.5 m, lebar kurang lebih 1 m, dan tinggi sekitar 0.3 m, maka dapat ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa.
  2. Pemeliharaan dimulai dari jumlah kecil, dan jika jumlahnya bertambah, sebagian dipindahkan ke wadah lain.
  3. Pemeliharaan dengan mengkombinasi cara a dan b.
  4. Pemeliharaan khusus kokon sampai menjadi anak, setelah dewasa pindahkan ke tempat lain.
  5. Pemeliharaan khusus cacing dewasa untuk bibit. 
3. Sistem Perkembangbiakan
Jika media pemeliharaan sudah siap dan bibit cacing tanah sudah tersedia, maka penanaman siap dilakukan.Bibit cacing tanah jangan langsung sekaligus dimasukkan ke dalam media, melainkan sedikit-sedikit.Beberapa bibit coba disimpan di atas media, jika bibit masuk ke dalam media hal itu menunjukkan bahwa cacing betah di media tersebut. Tambahkan lagi dan cek tiap 3 jam sekali apakah masih ada cacing yang berkeliaran ke luar, kalau cacing malah meninggalkan media atau wadah berarti media yang digunakan harus diganti. Cara mengganti media yaitu dengan cara disiram air, kemudian diperas atau dibuang airnya sampai airnya berwarna bening.
Untuk mengetahui apakah cacing tanah yang ditanam betah terhadap media yang digunakan, Anda bisa memastikannya setelah 12 jam.

4. Reproduksi Atau Sistem Perkawinan
Cacing tanah merupakan golongan hewan hermaprodit yang memiliki alat kelamin ganda jantan dan betina dalam satu tubuh.Tapi untuk pembuahan tidak bisa dilakukan sendiri. Sepasang cacing tanah akan menghasilkan satu kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api yang berisi telur-telur. Setiap kokon berisi 2-20 ekor, dan rata-rata 4 ekor.

Kokon diletakkan di tempat yang lembab, dan dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. 100 ekor cacing tanah dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun.

Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan dengan ditandai adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan, setelah 7-10 hari perkawinan cacing dewasa akan menghasilkan 1 kokon.

5. Pemeliharaan
1. Pemberian Pakan
Dalam satu hari satu malam Cacing tanah diberi pakan sekali sesuai berat cacing tanah yang ditanam. Apabila ditanam 1 Kg Cacing tanah, maka pakan diberikan harus 1 Kg.
Pakan cacing tanah secara umum berupa kotoran hewan. Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian pakan Cacing tanah adalah sebagai berikut:
  • Pakan diberikan harus berupa bubuk atau bubur. 
  • Taburkan pakan rata di atas media, tapi tidak menutupi semua permukaan media, kira-kira sekitar 2/3 dari wadah tidak ditaburi pakan.
  • Tutup pakan dengan karung, plastik atau bahan lain yang tidak tembus cahaya. 
  • Apabila masih tersisa pakan sebelumnya pemberian pakan berikutnya harus diaduk dengan jumlah pakan yang diberikan dikurangi. 
  • Perbandingan bubur pakan dengan air diberikan 1:1.
2. Penggantian Media
Media yang sudah jadi tanah atau kascing yang sudah dipenuhi banyak telur (kokon) harus segera diganti. Agar cacing cepat berkembang, maka antara telur, anak dan induk harus dipisahkan pada media berbeda.Penggantian media rata-rata dilakukan dalam waktu 2 Minggu sekali.

3. Proses Kelahiran
Media untuk sarang terbuat dari: kotoran hewan, batang pisang, dedaunan atau buah-buahan, limbah pasar, limbah rumah tangga, kertas, Koran, kardus, kayu lapuk atau bubur kayu.
Semua bahan dipotong sepanjang + 2.5 cm. semua bahan diaduk dan ditambah air kecuali kotoran ternak, kemudian diaduk lagi. Selanjutnya bahan campuran dan kotaran ternak dicampurkan menjadi satu dengan perbandingan 70:30 dengan ditambah air secukupnya agar tetap basah.

4. Hama Dan Penyakit Cacing Tanah
Pengendalian terhadap hama perlu dilakukan, karena hal itu akan menentukan keberhasilan beternak Cacing tanah. Hama yang merupakan musuh cacing tanah antara lain: ayam, itik, ular, angsa, burung, kelabang, lipan, semut, kumbang, lalat, tikus, katak, tupai, lintah, kutu dan banyak lagi. Musuh lain yang tidak kalah mengganggu yaitu semut merah yang memakan karbohidrat dan lemak yang terdapat pada pakan, kedua zat tersebut sangat diperlukan untuk penggemukan Cacing tanah. Untuk mencegah serangan semut merah dengan cara wadah pemeliharaan dirambang oleh air.

5. Panen Cacing Tanah
Dua hal yang bisa diharapkan dari panen Cacing tanah, yaitu;

  1. Biomas atau cacing tanah itu sendiri 
  2. Kascing atau bekas cacing 
Dalam tekniknya panen bisa dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan mengunakan alat penerangan lampu petromaks, lampu neon atau bohlam. Cacing tanah akan berkumpul di bagian atas media karena sangat sensitif dengan cahaya. Anda tinggal memisahkan antara cacing dan media.Cara kedua dengan membalikan sarang, cacing biasanya berkumpul maka mudah memisahkan antara Cacing tanah dengan media.

Jika terdapat kokon atau kumpulan terlur pada saat panen, maka kembalikan sarang pada wadah semula dan diberi pakan selama 30 hari. Telur akan menetas dan cacing tanah bisa dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan kascingnya siap di panen.

Manfaat Cacing Tanah :
1. Obat penyakit tifus
Cacing tanah yang telah dibersihkan ternyata dapat menghambat pertumbuhan bakteri salmonella tiphosa yang mengganggu pencernaan manusia. Penderita dapat mengonsumsi air rebusan cacing atau kapsul berisi serbuk cacing yang dicampur madu.Penyembuhan penyakit tifus secara tradisional ini ternyata diakui oleh pakar farmakologi.

2. Obat diare
Wabah penyakit diare seringkali terjadi di masyarakat. Nah, cacing tanah menjadi salah satu obat tradisional yang dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit tersebut.Cacing tanah merupakan antibakteri untuk kuman Escherichia colli dan Shigella dysenterica penyebab diare.

3. Melancarkan sirkulasi darah
Cacing tanah mengandung enzim lumbrokinase yang dapat meluruhkan lemak jahat dalam pembuluh darah sehingga peredaran darah menjadi lebih lancar. Itulah alasan mengapa cacing tanah sering digunakan untuk terapi penderita hipertensi dan stroke.

4. Melancarkan pencernaan
Cacing tanah mengandung enzim peroksida, katalase, dan selulose yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme tubuh. Dengan demikian, secara tidak langsung cacing tanah menjadi penyebab lancarnya pencernaan kita.

5. Antipiretik
Ekstrak cacing tanah mengandung nitrogen dan bersifat basa yang dapat menurunkan demam pada penyakit tertentu seperti tifus.Penggunaan cacing tanah untuk menurunkan panas lebih baik daripada bahan kimia seperti parasetamol yang dapat meninggalkan efek samping.Penelitian di laboratorium IPB telah membuktikan keamanan bahan ini untuk pengobatan.

6. Menenangkan
Cacing tanah mengandung pheretima yang mempengaruhi kerja sistem saraf.Pheretima membawa efek ketenangan, menghentikan kejang, dan menurunkan nyeri sehingga sangat tepat digunakan untuk obat sakit gigi, nyeri kepala, dan rematik.

7. Meningkatkan energi
Kandungan taurin dalam cacing tanah dapat meningkatkan metabolisme lemak yang diubah menjadi energi.

8. Menjaga kesehatan kulit
Cacing tanah juga mengandung alfa-tokoferol yang dapat menjaga elastisitas dan keremajaan kulit.

9. Menyembuhkan luka
Fungsi ini dijalankan oleh asam arakidonat dalam cacing tanah yang dapat mempercepat pertumbuhan sel-sel baru.

Bahan Fermentasi Pakan Kambing

Bahan Fermentasi Pakan Kambing


Pakan kambing yang baik adalah hijauan makanan ternak ditambah polong-polongan (legume) ditambah dengan konsentrat. Artinya setiap hari jika kita ingin mendapatkan pertambahan berat badan kambing harian yang optimal maka ketiga komponen pakan kambing tersebut harus terpenuhi. Adapun komposisi pakan kambing dari ketiga komponen tersebut:
  1. Hijauan makanan ternak 10 % dari berat badan / hari
  2. Polong-polongan (legum/ kcang-kacangan) 1% dari berat badan / hari
  3. Konsentrat 1 % dari berat badan perhari.
Terbatasnya hijaun makanan ternak sering sekali menjadi kendala dalam memenuhi kebutuhan pakan harian untuk kambing juga sapi. Salah satu solusi untuk mengatasi kekurangan hijauan makan ternak pada kambing adalah dengan fementasi. Pada dasarnya pakan kambing sama saja dengan pakan sapi dan ruminansia lainnya, kelebihan kambing dari ruminansia lain adalah pilihan hijauan untuk kambing jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan sapi juga kerbau. Kambing cenderung mau memakan semua dedaunan hijau termasuk tanaman pagar, daun pepohonan juga limbah pertanian seperti kol (lobak), daun wortel, daun kacang dan lain-lain.

Dengan fermentasi hijauan makanan kambing disaat musim hijauan melimpah dan mengeluarkannya didasaat musim kering adalah cara terbaik untuk menhindari kekurangan pakan pada kambing juga pada ruminansia lainnya. adapun bahan fermentasi pakan kambing ini sama saja dengan fermentasi pakan sapi. Semua hijauan makanan ternak dapat difermentasikan seperti:
  • Jerami kering atau basah
  • Tangkai atau pohon jagung
  • Tongkol jagung
  • Rumput
  • Ilalang
  • Limbah pertanian
  • Daun pepohonan
  • Daun tanaman pagar
  • Kulit kopi
  • Kulit cokelat (kakao)
  • Dan lain-lain.
Adapun bahan lainnya untuk fermentasi pakan kambing adalah:
  1. Wadah, untuk melakukan fermentasi pakan kambing diperlukan wadah seperti kantong plastik, drom, bak semen, bak tanah dan sebagainya.
  2. Urea, urea adalah bahan yang paling murah untuk memfermentasikan pakan kambing, toleransi kadar urea dalam fermentasi pakan kambing maksimal 6 % dari berat kering bahan yang akan difermentasikan (hijauan)
  3. Molase atau tetes tebu, molase ini adalah hasil sampingan dari pabrik gula, molase bisa ditemukan di daerah-daerah yang memiliki pabrik gula. Jika molase tidak ada maka fermentasi tetap bisa dilakukan dengan menggunakan urea saja.
  4. Starter bakteri seperti star bio, sangat baik digunakan untuk meningkatkan kualitas fermentasi pakan kambing, starbio ini adalah merek dagang sebuah produk mungkin merek lain juga bisa ditemukan dipasaran.
Adapun cara memfermentasi pakan kambing sama saja dengan cara memfermentasi pakan sapi.
Budidaya bengkuang dengan menggunakan ajir

Budidaya bengkuang dengan menggunakan ajir

 
TENTANG BENGKUANG
Bengkuang (Pachyrrhizus eosus (L) Mrb) merupakan famili leguminosaea yang terdapat bintil pada akarnya, tanaman ini merambat dengan cara membelitkan sulurnya ke kiri. Tanaman inidaunnya bewarna hijau tua. Bunganya berbentuk kupu-kupu tersusun dalam tandan dan bewarna biru keunguan. Buahnya berbentuk palong yang berisi biji. Selain menghasilkan biji, tanaman bengkuang juga menghasilkan umbi yang berada di dalam tanah. Umbi terdiri dari dua bentuk yaitu bulat pipih. Umbi inilah yang digunakan untujk dimakan segar, maupun dirujak atau asinan.

Pada umumnya buah bengkuang dibudidayakan di tanah pekarangan dan tegalan. Tanaman bengkuang yang ditanam petani dibudidayakan secara kurang intensif, hanya sebagai tanaman sampingan atau tanaman sela. Padahal dengan cara pembudidayaan yang lebih intensif akan dapat menghasilkan produksi dan nilai ekonomis yang lebih tinggi.

Dengan banyaknya kegunaan dari buah bengkuang tersebut sehingga buah bengkuang banyak diminta oleh masyarakat. Buah bengkuang yang dihasilkan oleh petani pada umumnya berukuran relatif kecil yaitu yang paling besar rata-rata diameternya berukuran 15 cm atau dengan berat sekitar 0,5 kg tiap buah. Padahal para konsumen cenderung suka pada buah bengkuang yang berukuran besar, karena buah yang berukuran besar mempermudah pengulitannya dan dapat dijadikan hiasan buah yang menarik serta bisa memberikan kepuasan tersendiri bagi petani dan para konsumen.

Membudidayaan buah bengkuang sebenarnya tidak sulit, dimana kita hanya perawatan yang tidak begitu berat. Tanaman bengkuang dapat tumbuh dl dataran rendah dengan kondisi tanah yang baik, yaitu tanah tersebut merupakan tanah yang gembur dan banyak mengandung humus. Sebenarnya dengan meningkatkan sedikit cara pembudidayaan, akan dapat diproduksi buah bengkuang yang berukuran besar sekitar 5 kg tiap buah. Dan dengan buah yang sebesar ini akan dapat memenuhi keinginan konsumen

Tempat Tumbuh Bengkuang
Tanaman bengkuang dapat tumbuh di segala jenis tanah, namun yang paling cocok adalah tanahnya yang cukup gembur dengan system drainase yang baik di tanah vulkanik yang tanahnya berwarna hitam keabuan maupun tanah liat berwarna kemerah-merahan.Tanaman bengkuang dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1000 m dpl, bengkuang juga toleran terhadap kelebihan dan kekurangan air dan toleran terhadap cura hujan yang sangat tinggi seperti didaerah Bogor dan didaerah yang curah hujannya tinggi seperti di daerah Madura. Bengkuang dapat di tanam pada awal musim kemarau dan diawal musm penghujan. Tanaman bengkuang hasilnya tidak maksimal apabila ditanam didaerah pantai dan didataran tinggi lebih dari 1000 m dpl.

Daun bengkuang tidakdapat digunakan sebagai pakan ternak
Daun bengkuang tidak dianjurkan sebagai makanan ternak karena daun dan bijinya mengandung racun yang cukup keras sehingga akan dapat menyebabkan keracunan bagi ternak. Oleh karena itu,biji dan daun bengkuang dapat digunakan sebagai racun pembunuh hama yang biasa digunakan di areal tambak bandeng ataupun udang.

Pemeliharaan tanaman bengkuang
Dari segi pemeliharaan tanaman bengkuang terdiri dari penyulaman, pemupukan, pemasangan tiang panjat(ajir), penyiangan, pemangkasan/pemotongan calon tandan bunga dan pengendalian hama dan penyakit. Dalam pemberian pupuk biasanya diberi dalan bentuk pupuk organic seperti pupuk kandang dan pupuk buatan, seperti Urea, SP36 DAN KCl. Untuk pembentukan umbi pada bengkuang dibutuhkan banyak pupuk K nya, sedangkan pupuk N dari fiksasi N, sedangkan pupuk P hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit.hal ini digunakan untuk menghindari terjadinya bembungaan dan pembentukan biji,  yang mana tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan umbi.

Pupuk Urea dengan dosis 50 kg/ha diberikan pada tanaman berumur 20 hari setelah tanam(pada saat dimana pertumbuhan daunnya yang kedua) Sedangkan SP 36 50 kg/ha kemudian KCl dosisnya 300 kg/ha yang mana diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan setelah tanam.

Pemangkasan tiang panjat diperlukan untuk empat tanamn bengkuang untuk melilitkan sulurnya yang mana tanaman bengkuang merupakan tanaman merambat.Sedangkan pemangkasan/pemotongan calon tandan bunga untuk mengurangi persaingan dalam memperebutkan energy dalam perkembanagan dan pembentukan umbi akan terhambat. Apabila bunga-bunga tersebut tidak dipangkas ,maka perkembangan umbinya pun akan terhambat sehingga umbi yang dihasilkannya pun akan kecil-kecil,kesar dan berserat. Dalam pengontrolan bunga harus dilakukan sekurang-kurangnya seminggu sekali.Bengkuang biasanya sudah bisa dipanen pada umur 6 bulan setrlah tanam.

Menurut literatur, sifat kimiawi dan efek farmakologis umbi bengkuang adalah manis, dingin, sejuk, dan berkhasiat mendinginkan. Kandungan kimianya adalah pachyrhizon, rotenon, vitamin B1, dan vitamin C.

Selain itu, bengkuang juga mengandung mineral tinggi. Mineral yang terkandung dalam bengkuang yang paling dominan adalah fosfor, zat besi, serta kalsium. Secara lengkap, komposisi zat gizi yang terkandung dalam 100 gram sehingga bengkuang dapat meningkatkan penghasilan para petani jika petani dapat membudidayakannya secara intensife

Bahan yang dibutuhkan dalam menanam Bengkuang dengan ajir
  1. Benih/bibit bengkuang
  2. Pupuk kandang
  3. Pupuk buatan;Urea,SP 36 dan KCl
  4. Curater
  5. Ajir bamboo ukurannya 30 cm
  6. Tiang panjat tingginya 1,5 m
  7. Tali rafhia
Alat yang digunakan dalam menanam Bengkuang dengan ajir
  1. Cangkul
  2. Tugal (alat bantu untuk menanam)
  3. Timbangan
  4. Meteran (panjang/pendek 150 cm)
  5. Tali rapia( untuk jarak tanam 40 cm× 30 cm
Penanaman
  1. Plot percobaan dengan ukuran 2 x 2 cm seperti tata letak yang sudah tersedia.
  2. Garu kembali tanah yang ada pada plot percobaan dan bersihkan dari gulma yang masih ada dan perbaiki plot tersebut.
  3. Berikan pupuk kandang dengan dosis 5 kg per plot, taburkan dengan merata dengan pada permukaaan tanah, kemudian dicampurkan dengan menggunakan cangkul.
  4. Buat lobang tanam dengan jarak 20 x 20 cm
  5. Tanamkan biji bengkuang sebanyak 1 biji / lobang tanam, lalu ditutup dengan tanah .
  6. Berikan pupuk urea (50 kg / ha), SP36 (63 kg / ha), KCL (300 kg / ha) atau dosis per plot sebanyak 20 gr urea, 25 gr SP36, dn 120 gr KCL. Urea diberikan 3 minggu setelah tanam, TSP diberikan pada saat tanam sedangkan KCL (1/2 dosis atau 60 gr/plot) pada saat tanaman berumur 2 bulan.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang sehat, baik, seragam dan memperoleh hasil yang tinggi. Pemeliharaan bengkuang meliputi:

Penyulaman
Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati atau terkena penyakit dengan tanaman yang baru. Waktu untuk penyulaman paling lambat 5 minggu setelah tanam.

Penyiangan dan Pembumbunan
  • Penyiangan dilakukan apabila sudah mulai tampak adanya gulma (tanaman pengganggu). Penyiangan kedua dilakukan pada saat bengkuang berumur 2-3 bulan sekaligus dengan melakukan pembumbunan.
  • Pembumbunan dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga bengkuang dapat tumbuh dengan sempurna, memperkokoh tanaman supaya tidak rebah.
Pemangkasan
Potensi hasil ubi bengkuang dapat ditingkatkan dengan pemangkasan sink-reproduktif yang bertujuan untuk mengalihkan distribusi asimilat ke ubi sehingga ukuran ubi akan menjadi lebih besar. Namun sejauh ini publikasi ilmiah mengenai bengkuang, baik itu berupa analisis plasma nutfah, persilangan, teknik budidaya maupun analisis kandungan bahan dalam bengkuang masih sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai respon bengkuang hasil persilangan intraspesifik dan interspesifik yang diberi perlakuan pemangkasan sink-reproduktif terhadap daya hasil pendahuluan serta seleksi kandungan yaitu asam α-hidroksi dan pati.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan seleksi bengkuang hasil persilangan intraspesifik dan interspesifik untuk bahan kosmetika (asam α-hidroksi tinggi) dan bahan kering ubi tinggi (terkait ekstraksi pati). Secara simultan akan diuji pula pengaruh dari pemangkasan sink-reproduktif terhadap karakter hasil dan kualitas ubi. Tahapan percobaan meliputi uji interaksi genotipe x lingkungan serta pengaruh perlakuan pemangkasan reproduktif serta seleksi genotip bengkuang hasil persilangan intraspesifik dan interspesifik. Dilanjutkan dengan pengujian karakter kualitas ubi untuk kadar kandungan asam α-hidroksi menggunakan metode High Performance Liquid Cromatography (HPLC) dan Pengujian kadar pati dengan Metode AOAC.

Keluaran yang ditargetkan berupa varietas baru bengkuang dengan kandungan asam α-hidroksi dan pati yang tinggi, serta thesis dan skripsi, publikasi di jurnal terakreditasi respon genotip bengkuang terhadap pemangkasan sink-reproduktif untuk karakter hasil dan kualitas hasil ubi.

Pengendalian Hama Dan Penyakit
  • Hama penting bagi tanaman bengkuang adalah: Tungau daun merah dan Kumbang.
  • Penyakit yang sering menyerang ubi kayu adalah: Layu bakteri dan Bercak daun.
Cara pengendaliannya:
  • Sanitasi lapang setelah panen ( sisa tanaman dibakar )
  • Menggunakan bibit yang sehat dari varietas tahan penyakit
  • Pengolahan tanah secara sempurna
  • Pergiliran tanaman dengan palawija/tanaman lainnya
Panen dan Pasca Panen
  1. Panen dapat dilakukan setelah benkuang berumur 6 bulan setelah tanam.
  2. Babat / potong batang, letakan batang di jajaran parit diantara guludan.
  3. Bonkar guludan dengan hati-hati (dengan menggunakan cangkul. Pembongkaran dimulai dari pinggir guludan). Setelah umbi nampak mulai goyah, langsung dipetik dengan tangan.
  4. pengumpulan umbi langsung dilakukan setelah dipetik kemudian dimasukan kedalam keranjang, lakukan secara hati-hati agar umbi tidak ada yang rusak. Untuk tujuan pemasaran langsung, umbi terlebih dahulu dicuci sampai bersih lalu digrading kemudian diikat.
Pengamatan
  1. Tinggi tanaman; Diukur tinggi tanaman bengkuang, mulai dari pangkal batang sampai ke titik tumbuh.
  2. Berat umbi per sampel per plot tanaman
  3. Jumlah cabang primer
  4. Diameter umbi terberat
  5. Produksi umbi
Spesifikasi Bengkuang
Bengkoang memiliki Umbi akar tunggal, kulit luar krem atau coklat muda atau coklat tua, berdaging warna putih atau kuning-keputihan, pada bentuk liarnya berumbi banyak, bentuknya memanjang. Daun majemuk, beranak daun 3 dan helaian daun bercuping menjari atau utuh dengan tepi bergigi, anak daun lateral mengetupat tidak simetris sampai membundar telur, anak daun terminal mengginjal. Perbungaan tandan semu, berbunga banyak. Bunga berkelopak coklat, mahkota bunga ungu-biru atau putih. Buah polong. Biji pipih bersegi – membundar , berwana hijau- coklat atau coklat tua kemerahan. Tumbuhan ini membentuk umbi akar (cormus) berbentuk bulat atau membulat seperti gasing dengan berat dapat mencapai 5 kg. Kulit umbinya tipis berwarna kuning pucat dan bagian dalamnya berwarna putih dengan cairan segar agak manis. Umbinya mengandung gula danpati serta fosfor dan kalsium. Umbi ini juga memiliki efek pendingin karena mengandung kadar air 86-90%. Rasa manis berasal dari suatu oligosakarida yang disebut inulin (bukan insulin!), yang tidak bisa dicerna tubuh manusia. Sifat ini berguna bagi penderita diabetes atau orang yang berdiet rendahkalori.

Budidaya bengkuang untuk menghasilkan buah yang berukuran besar, harus menyiapkan benih yang benar-benar baik. Tanaman induk yang pertumbuhannya baik digunakan sebagai tanaman induk. DipiIih dari polong yang benar-benar tua di pohonnya, sehingga benih yang ada merupakan benih yang masak fisiologis atau masak panen, dan fisiknya benar-benar bagus dan bebas dari hama dan penyakit. Kemudian dilakukan seleksi benih yang besar dan berat serta berbentuk balk dan bebas dari hama dan penyakit. Lahan yang akan digunakan sebaiknya yang gembur. Tanah tegalan merupakan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman bengkuang. Untuk mendapatkan buah yang benar – benar besar, maka sebaiknya tiap lubang diisi dengan satu benih saja.

Tanaman bengkuang adalah tanaman yang termasuk dalam suku polong-polongan. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada itensitas curah hujan antara 250-550 mm dan tidak lebih dari 1500 mm per bulan, ketinggian tempat 0 -1.750 m dpl. Naman, sekarang tanaman bengkuang banyak ditanam pada ketinggian 500-900 m dpl. Suhu optimum yang dibutuhkan tanaman bengkuang agar tumbuh dengan baik adalah dengan rata-rata suhu 25-28 derajat celcius dengan panjang siang 12 jam. Sedangkan untuk suhu optimal untuk siang dan malam hari adalah antara 20 derajat-30 derajat Celsius.

Pada umumnya tanaman bengkuang dibudidavakan di tanah pekarangan dan tegalan. Tanaman bengkuang dapat tumbuh dl dataran rendah dengan kondisi tanah yang baik, yaitu tanah tersebut merupakan tanah yang gembur dan banyak mengandung humus.

Untuk fase pertumbuhan tanaman bengkuang meliputi pembentukan akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Untuk budidaya di mulai dengan pembibitan tanaman, pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, hama dan penyakit, serta panen dan pascapanen. Untuk upaya peningkatan hasil dimulai dengan pemilihan benih atau bibit dan deflowering atau memotong bunga tanaman bengkuang.

Berdasarkan dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dengan mengunakan tiang panjat hasil produksi bengkuang dapat meningkat dengan maksimal.Dan perlu juga di lakukan pemangkasan tandan bunga agar tanaman bengkuang bisa berproduksi tinggi atau menghasilkan produksi yang seperti kita harapkan.

Pembuangan bunga,dimana bunga pada tanaman bengkuang ini sangat perlu dilakukan, karna jika bunganya tidak dihilangkan 'akan dapat mempengaruhi pembentukan umbi bengkuang. Bila perlu lakukanlah pemupukan dengan cara menebarkan pupuk di sekitar tanaman.

Teknik Budidaya Cabai Keriting

Teknik Budidaya Cabai Keriting


 

TENTANG CABAI KERITING

Cabai keriting merupakan tanaman musiman dengan tinggi dapat mencapai satu meter, daun berwarna hijau tua, berbentuk bujur telur dan bunga soliter dengan daun bunga putih. Tanaman cabai keriting merupakan tumbuhan perdu yang berkayu, tumbuh di daerah dengan iklim tropis. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang biak didataran tinggi maupun dataran rendah.

TEKNIK BUDIDAYA

Syarat Iklim
Pada umumnya cabai keriting dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman cabai keriting adalah 24-27derajat C, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 160-230 C.

Syarat Tanah
Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula bagi tanaman cabai keriting. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai keriting menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5.5 – 6.8.

Persiapan Lahan dan Tanam
Tahapan pengolahan tanah dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :
  • Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman atau perakaran dari pertanaman sebelumnya.
  • Pengapuran dilakukan jika tanah yang akan ditanami cabai keriting cendrung bersifat asam
  • Tanah dibajak atau dicangkul sedalam 30-40 cm, kemudian dikeringkan selama 7-14 hari.
  • Tanah yang sudah agak kering segera dibentuk bedengan-bedengan selebar 110-120 cm, tinggi 40-50 cm, dan panjang disesuaikan dengan lahan.
  • Pada saat 70% bedengan kasar terbentuk, bedengan dipupuk dengan pupuk kandang (kotoran ayam, domba, kambing, sapi ataupun kompos) yang telah matang. Apabila menggunakan MPHP maka bedengan lansung dicampur dengan pupuk anorganik (Urea, ZA, SP-36, KCL atau pupuk NPK)
Penyiapan Benih dan Pembenihan
  • Benih dapat disemai langsung dalam bumbung (koker) yang terbuat dari daun pisang
  • Sebelumnya bumbung diisi dengan media campuran tanah halus, pupuk kandang matang halus, ditambah pupuk NPK yang dihaluskan serta Furadan. 
  • Bahan media semai tersebut dicampur merata, lalu dimasukkan ke dalam bumbungan hingga penuh. 
  • Benih cabai keriting yang telah direndam, disemaikan satu per satu sedalam 1,0-1,5 cm, lalu ditutup dengan tanah tipis. 
  • Berikutnya semua bumbung yang telah diisi benih cabai keriting disimpan di bedengan secara teratur dan segera ditutup dengan karung goni basah selama + 3 hari agar cepat berkecambah. 
  • Setelah itu segera lindungi dengan sungkup dari bilah bambu beratapkan plastik bening (transparan), pemeliharaan persemaian adalah penyiraman 1-2 kali/hari atau tergantung cuaca, dan penyemprotan pupuk daun pada dosis rendah 0,5 gr/liter air, saat tanaman muda berumur 10-15 hari, serta penyemprotan pestisida pada konsentrasi setengah dari yang dianjurkan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit.
Pemasangan MPHP
Sebelum MPHP dipasang untuk menutupi permukaan bedengan, terlebih dahulu dilakukan pemupukan pupuk buatan secara total sekaligus. Campuran pupuk buatan ini disebar merata dengan tanah bedengan, setelah itu tutup tanah dengan plastik MPHP. Bedengan yang telah ditutup MPHP dibiarkan dulu selama + 5 hari agar pupuk buatan larut dalam tanah dan tidak membahayakan (toksis) benih cabai keriting yang ditanam. Setelah di pasang lalu lakukan pembuatan lubang tanam dengan menggunakan alat bantu khusus yang terbuat dari potongan pipa besi diisi arang. dengan cara menempelkan ujung bawahnya pada MPHP sesuai dengan jarak tanam yang telah ditetapkan.

Penanaman
Benih cabai keriting yang siap ditanam ialah yang telah berumur 17 – 23 hari atau berdaun 2 – 4 helai. Jarak tanam untuk cabai keriting adalah 60 x 70 cm atau 70 x 70 cm, benih cabai keriting yang siap dipindah tanamkan segera disiram dengan air bersih secukupnya. Setelah media semainya cukup kering, benih cabai keriting di tanam dengan kokerannya.

Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman meliputi :
  • Pemasangan Ajir (turus) bertujuan untuk menopang pertumbuhan tanaman agar kuat dan kokoh serta tidak rebah, pemasangan ajir dilakukan pada tanaman berumur 1 bulan setelah tanam hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan akar tanaman sewaktu memanennya.
  • Penyiraman (Pengairan) dilakukan pada awal pertumbuhan pada saat cabai keriting menyesuaikan diri tehadap lingkungan, maka penyiraman perlu dilakukan secara rutin tiap hari, terutama di musim kemarau. Setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya dalam, pengairan berikutnya dilakukan sesuai keadaan cuaca.
  • Perempelan Tunas dan Bunga Pertama bertujuan untuk merangsang pertubuhan tunas-tunas dan percabangan diatasnya yang lebih banyak dan produktif menghasilkan buah yang lebat. Dilakukan pada umur antara 7 – 20 hari.
  • Pemupukan Tambahan (susulan), sekalipun tanaman cabai keriting sudah di pupuk total pada saat akan memasang MPHP, namun untuk menyuburkan pertumbuhan yang prima dapat diberi pupuk tambahan. Jenis pupuk yang digunakan pada fase pertumbuhan vegetatif aktif (daun dan tunas) adalah pupuk daun yang kandungan Nitrogennya tinggi, pada saat pertumbuhan bunga dan buah (generatif) menggunakan pupuk daun yang mengandung unsur Phospor dan Kaliumnya tinggi.
  • Pengendalian Hama dan Penyakit, salah satu faktor penghambat peningkatan produksi cabai keriting adalah adanya serangan hama dan penyakit yang fatal. Kehilangan hasil produksi cabai keriting karena serangan penyakit busuk buah (Colletotrichum spp), bercak daun (Cercospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp.) berkisar antara 5% – 30%. Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai keriting diajurkan penerapan pengendalian secara terpadu. Komponen Pengendalian Hama dan Penyakit secara Terpadu (PHPT) ini mencakup pengendalian kultur teknik, hayati (biologi), varietas yang tahan (resisten), fisik dan mekanik, dan cara kimiawi.
Pemanenan
Panen cabai keriting sangat dipengaruhi oleh faktor jenis atau varietasnya, dan lingkungan tempat tanam. Di dataran rendah, umumnya cabai keriting mulai dipanen pada umur 75-80 hari setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan selang 2-3 hari sekali. Sedangkan di dataran tinggi (pegunungan), panen perdana dapat dimulai pada umur 90-100 hari setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah dilakukan selang 6-10 hari sekali. Khusus untuk sasaran ekspor, panen cabai keriting dipilih pada tingkat kemasakan 85% – 90% saat warna buah merah-kehitaman. Di dataran rendah, panen cabai keriting untuk tujuan ekspor dapat diatur 2 hari sekali sedangkan di dataran tinggi antara 4-6 hari sekali.
Cara Beternak Belut

Cara Beternak Belut



Bisnis Beternak Belut atau Budidaya Belut bisa dilakukan sebagai usaha sampingan yang menawarkan keuntungan yang cukup menjanjikan, belut juga dipasarkan ekspor ke beberapa negara. Dengan menekuni bisnis Beternak Belut atau Budidaya Belut banyak pemula yang belum mengetahui seluk beluk teknik Beternak Belut atau Budidaya Belut sehingga kurang memberikan hasil yang memuaskan.

Ada beberapa kendala kasus yang sering ditemui dalam melakukan Beternak Belut atau Budidaya Belut, diantaranya permasalahan tersebut misalnya adalah belut tidak bisa besar, belut banyak yang mati dan lain-lain. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, perlu pengetahuan teknik Beternak Belut atau Budidaya Belut yang cukup.

Media Budidaya Belut
Media pemeliharaan untuk Beternak Belut atau Budidaya Belut bisa berupa kolam semen, kolam terpal dan bahkan drum bekas yang penting belut tidak lari keluar media. Ukuran kolam juga disesuaikan dengan ketersediaan lahan dan tentunya ini berkaitan pula dengan bibit belut yang akan di tebar. Selain itu kolam untuk Beternak Belut atau Budidaya Belut diupayakan menyerupai habitat aslinya, untuk membuat demikian media pada kolam diisi dengan tanah sawah atau lumpur kolam yang sudah dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos atau sekam/gabah padi yang sudah dibusukan, bisa juga dengan jerami padi, cincangan batang pisang, pupuk orea dan pupuk NPK.

Penempatan media tersebut di atas dilakukan dengan perbandingan:
  • Lapisan pertama paling bawah jerami padi dengan tinggi/tebal 5 cm, ditaburkan secara merata pupuk orea 5 kg dan pupuk NPK 5 kg, untuk ukuran kolam 500 cm x 500 cm, apabila kolam nya lebih besar atau lebih kecil ukuran nya dari ukuran ini perbandingan pupuk di atas bisa menjadi acuan.
  • Lapisan kedua tanah atau lumpur setinggi 5 cm.
  • Lapisan ketiga pupuk kandang setinggi 5 cm.
  • Lapisan keempat pupuk kompos setinggi 5 cm, untuk lapisan keempat tanah atau lumpur tinggi 5 cm.
  • Lapisan kelima adalah lumpur cincangan batang pisang setinggi 10 cm.
  • Lapisan keenam adalah tanah lumpur setinggi 10 cm.
  • Lapisan ketujuh adalah air setinggi 10 cm dan di atas air ditanami secara merata tumbuhan enceng gondok sampai menutupi 3/4 permukaan kolam.
Setelah semua media terisi didalam kolam diamkan media pemeliharaan tersebut selama 2 minggu agar seluruh media mengalami fermentasi dan setelah 2 minggu selesai proses fermentasinya maka, benih atau bibit belut dapat dimasukkan ke kolam pemeliharaan tersebut.

Memilih Bibit Belut
Selanjutnya untuk mengoptimalkan hasil panen Beternak Belut atau Budidaya Belut diperlukan teknik pemeliharaan bibit yang baik dan tepat sehingga memperoleh belut berkualitas baik dan tidak menghasilkan keturunan up normal. Benih belut yang dipilih harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
  • Anggota tubuhnya masih utuh dan mulus yaitu tidak ada luka bekas gigitan
  • Gerakan tubuh lincah dan agresif
  • Penampilannya sehat yang di ciri kan dari tubuhnya yang keras tidak lemas jika dipegang
  • Tubuhnya berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklat-coklatan dan usianya sekitar 2 bulan atau 4 bulan.
Fakta seputar kehidupan belut
Belut mempunyai kelamin ganda pada kehidupannya, belut menjalani pergantian kelamin dari betina ke jantan dalam siklus kehidupannya. Belut muda selalu berkelamin betina, sedangkan belut yang sudah tua selalu berkelamin jantan dan karena sifat-sifat belut serupa itu, maka pada belut bisa mengalami masa kosong kelamin atau disebut banci. Dengan adanya perubahan kelamin inilah pada belut sering terjadi kanibalisme, saling bunuh dan makan diantara mereka sendiri.

Makanan Belut :
Secara alamiah belut memakan berbagai jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh dalam air seperti serangga, siput, dan juga cacing anak katak serta anak ikan. Jadi belut tergolong hewan karnivora yaitu ikan pemakan binatang lain. Belut yang masih kecil memakan zooplankton yang halus seperti antara lain protozoa atau hewan bersel satu, microcrustacean atau udang-udangan renik, invertebrata, microscopic atau hewan-hewan tak bertulang belakang yang keci-kecil sedangkan belut yang mulai dewasa memakan larva-larva serangga, cacing, siput, berudu kodok dan benih-benih ikan yang masih lemah.

Karena belut menyukai binatang hidup, maka tidak mudah belut mencari makanan. Untuk itu belut menyergap mangsanya dengan membuat lubang perangkap, lubang ini dibuat dengan menggali lumpur baik ditepian perairan maupun ditengah sawah atau rawa. Lubang penyergap ini bergaris tengah 5 cm dan memanjang seperti terowongan bentuk lubang mula-mula tegak kebawah lalu membengkok dan mendatar.
Pemanenan Budidaya Belut
Untuk memanen belut diperlukan ketepatan waktu panen diperlukan wadah penampung juga perlu disiapkan untuk membawa belut hasil panen dilokasi penjualan. Belut siap panen untuk kebutuhan pasar lokal dari mulai penaburan benih sampai pemanenan minimal 3 bulan dengan jumlah per kg sekitar 20-30 ekor.
Budidaya Belut Dengan Lahan Terbatas

Budidaya Belut Dengan Lahan Terbatas

Belut merupakan jenis ikan air tawar dengan bentuk tubuh bulat, licin, memanjang dilengkapi dengan sirip punggung. Dalam klasifikasi perikanan yang berlaku di Indonesia jenis ikan ini diperinci sebagai berikut: Kelas : Pisces; Subkelas : Teleostei; Ordo : Synbranchoidae; Famili : Synbranchoidae.

Struktur tubuh belut adalah sebagai berikut :
  • Tidak memiliki sirip dada, punggung, dan dubur. 
  • Tubuh belut juga tidak bersisik dan bersirip perut. 
  • Letak dubur berada di bagian belakang badan.
Jenis-Jenis Belut
Belut memiliki beberapa jenis, misalnya: Belut sawah, Belut rawa dan Belut bermata sangat kecil.

1. Belut sawah (Monopterus albus Zuieuw)
Panjang badan belut sawah adalah 20 x tingginya, di punggung bagian belakang perut terdapat permulaan sirip, dan belut sawah ini mempunyai tiga lengkung insang.

2. Belut rawa (Synbranchus bengalensis Mc. Clell)
Panjang badan belut rawa adalah 30 x tingginya. Letak permulaan sirip punggung berada di muka dubur. Belut rawa memiliki lubang insang kecil terletak di bagian perut dan memiliki empat lengkung insang.

3. Belut bermata sangat kecil (Macrotrema caligans/Cantor)
Belut ini mempunyai mata yang sangat kecil berada di atas bibir bagian tengah, letak permulaan sirip punggung berada di bagian tengah dubur dan memiliki empat lengkung insang.

Dari tiga jenis belut di atas hanya belut sawah yang banyak dikenal di Indonesia, sedangkan belut rawa dan belut bermata kecil tidak banyak dikenal oleh masyarakat, karena jumlahnya sangat terbatas.

Cara Budidaya Belut
Budidaya belut tidak sesulit seperti budidaya ikan, baik sebagai ikan peliharaan maupun sebagai ikan ternak. Masalah penting dalam budidaya belut adalah terdapat pada masih sulitnya pengadaan benih atau penyediaan bibit. Kebutuhan ini dapat diperoleh langsung dari alam atau membeli di tempat pembibitan. Pembibitan belut secara buatan sampai sekarang belum terdapat di Indonesia, sehingga penyediaan benih atau bibit secara langsung masih tergantung pada keberadaan belut di alam.

Langkah-langkah yang perlu dicermati dalam budidaya belut adalah:

Persyaratan Lokasi

  • Secara klimatologis belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
  • Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, 
  • Air tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak atau limbah pabrik.
  • Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
  • Suhu udara optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31°C.
Prinsipnya kondisi perairan adalah air harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit atau benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.

Bahan yang diperlukan
Sediakan wadah yang kedap air yang terbuat dari bak beton, batu bata, bambu semen atau ferrocement, drum atau bahan lain yang memungkinkan. Ukuran bak dapat bervariasi, tergantung kebutuhan. Misalnya saja 2 x1 x 1 meter. Dalamnya bak yang baik antara 0,8-1 meter, sedangkan minimumnya 0,60 meter.



Bahan dan alat yang diperlukan adalah:
  1. Tanah yang berstruktur lumpur, persis seperti tanah sawah.
  2. Jerami
  3. Pelapah pisang 
  4. Bambu 
  5. Pupuk kandang (kuda, sapi, kerbau, dsb.) 
  6. Air 
  7. Cangkul, parang,
Media Budidaya
Mula-mula dasar bak diisi tanah lumpur setebal 10 cm, kemudian di atasnya ditaruh jerami yang sudah lapuk setebal 10 cm. Lapisan selanjutnya adalah pelepah pohon pisang yang sudah layu dipotong-potong setebal 10 cm. Kemudian diberi pupuk kandang setebal 10 cm sebagai lapisan ketiga. Pupuk yang dipakai sebaiknya yang sudah jadi. Taburkan lagi di atasnya tanah lumpur setebal 5 cm secara merata. Lapisan paling atas dibentuk miring, sehingga bagian yang terendam air hanya 2/3 bagian saja. Bagian yang tidak terendam air adalah tempat bertelur belut. Ketebalan lapisan keseluruhan sebaiknya 50-60 cm.

Skema kolam budidaya belut dapat dilihat sebagai berikut:



Kolam Budidaya

Kolam budidaya belut tidak perlu luas. Cukup dibangun antara 10-20 meter persegi saja. Sebelum kolam dipergunakan, dasar-dasar tepian kolam sebaiknya dicangkul dulu selebar satu meter dari pematang agar nantinya mudah membentuk lumpur. Perlumpuran akan mempermudah belut mengali lubang perkawinan. Tapi sebelum peternakan ini diairi, terlebih dahulu harus diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 30 kg untuk kolam seluas 10 meter persegi.

Sebelum air dimasukkan, saluran pemasukan air diamankan terlebih dahulu dengan diberi saringan yang kedap guna menghindari kepergian belut dari kolam. Air dialirkan sampai kedalaman 20 cm di bagian terdalam, dan 15 cm di bagian terdangkal. Sehingga wujud kolam seperti sawah. Lumpur yang harus dibentuk, paling dangkal 15 cm atau lebih, karena dalam masa perkawinan belut jantan suka menggali lubang 10 cm ke bawah lalu membengkok lurus datar, selanjutnya kembali ke atas. Lubang perkawinan ini akan berbentuk huruf “U”. Pastikan air yang menggenangi kolam selalu dalam keadaan mengalir.

Gunakanlah air tawar yang tidak mengandung soda (bekas sabun, deterjen), tidak mengandung racun (pestisida) atau minyak. Contohnya air sungai, air ledeng, dan air sisa dapur yang tidak mengandung sabun.

Pemeliharaan
Proses Pembenihan

Proses pembenihan belut diawali dengan menyiapkan bibit induk belut 2 macam ukuran yang berbeda umur yaitu:
  • Belut yang panjangnya antara 20-30 cm. Belut ini merupakan induk betina yang sudah siap kawin.
  • Belut yang panjangnya sudah lebih 40 cm. Belut ini berfungsi sebagai pejantan.
Belut yang dimasukkan dalam kolam peternakan adalah satu ekor jantan dan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 meter persegi. Proses pembenihan belut melalui pemijahan berbeda dengan pemijahan jenis-jenis ikan lain pada umumnya yang lebih banyak pejantannya dibanding betina. Selama pemijahan air harus tetap mengalir, walau secara pelahan-lahan.

Berikut dijelaskan proses pemeliharaan belut:

a. Pemeriksaan induk



Setelah induk-induk dimasukkan dalam kolam perkawinan (peternakan), kolam harus diperiksa setiap hari. Kalau mulai terlihat gelembung-gelembung busa, tandanya belut sudah membuat lubang perkawinan. Selanjutnya setiap gelembung busa diberi tanda dengan menancapkan ajir bambu, guna memudahkan penangkapan benih hasil perkawinan nanti. Busa tersebut akan tetap terlihat sampai sepuluh hari kemudian, setelah itu akan menghilang. Hilangnya busa ini menunjukkan kalau perkawinan sudah selesai berlangsung.

Menetasnya telur tinggal menunggu waktu saja. Biasanya dalam sepuluh hari kemudian telur-telur sudah menetas. Sebelum telur menetas kita harus selalu mengawasinya dengan baik.

Setelah menetas dan anak-anak belut berumur 5-8 hari, sebaiknya benih-benih tersebut segera diambil. Pada umur ini benih belut belum mampu menyebar ke berbagai penjuru untuk menggali lubang dan masih tetap berkumpul di lubang sarang induknya. Ukuran benih pada saat ditangkap kira-kira baru sepanjang 1,5 - 2,5 cm dan untuk menangkap benih ini sebaiknya kolam jangan dikeringkan. Pertama tangkaplah terlebih dahulu belut jantan pengasuh dengan jala sodoran bermata lembut. Selanjutnya induk-induk lain dipindahkan ke kolam penampungan induk.

b. Tanda-tanda kelamin belut
Ciri-ciri kelamin belut betina adalah panjangnya antara 10-30 cm, kulitnya berwarna lebih cerah/muda dan bentuk kepalanya runcing sedang belut jantan panjangnya antara 30-50, warna kulitnya lebih tua dan bentuk kepalanya tumpul. Sifat kelamin pada belut dapat berubah-ubah atau Progynus Hermaphrodite dimana seekor belut dapat mengalami masa-masa kosong kelamin, masa betina, masa jantan, dan akhirnya dapat menjadi kanibal (saling bunuh dan makan antar mereka).

c. Pendewasaan belut

Membesarkan benih belut diperlukan kolam pemeliharaan yang cukup persediaan makanan, dan cukup sehat lingkungan guna pertumbuhan yang baik.

Jumlah benih yang bisa ditebarkan dalam kolam pembesaran ini adalah 500 ekor (ukuran 1 cm) per m². Jadi untuk kolam seluas 100 m² bisa ditebarkan benih sebanyak 50.000 ekor belut. Masa pemeliharaan benih belut ini tak boleh lebih dari 2 bulan karena kolam harus dibongkar dan diperbaharui lagi bahan organiknya. Hasil yang bisa dipungut adalah belut berukuran 5-8 cm. Jadi untuk memperolah belut konsumsi yang berukuran 30 cm ke atas jelas masih memerlukan pemeliharaan lebih lanjut. Tapi bagi pedagang benih, anak belut berukuran 5-8 cm ini sudah bisa diperdagangkan dengan harga yang sangat menguntungkan.

Makanan pokok dan makanan tambahan
Pada waktu masih kecil belut, memakan jasad-jasad renik. Jika telah dewasa memakan juga larva-larva, serangga, cacing tanah serta benih-benih ikan yang masih lemah. Sedangkan makanan tambahan adalah seperti tepung ikan, dedak, bekatul, pelet, sisa-sisa dapur, nasi dan lain sebagainya.

Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan bertahap, selama pemeliharaan dengan waktu 6 bulan bisa dipanen sebanyak 6 kali. Panenan pertama dapat dilakukan setelah 1,5 bulan dari mulai benih dimasukan. Panen berikutnya dapat dilakukan setiap 3 minggu sekali. Tiap pemanenan sebaiknya dilakukan pada bagian yang terendam air saja. Jadi tempat sarang mereka tidak terganggu. Kecuali pada panen total di mana seluruh tanah lumpur sarang mereka dibongkar semuanya.

Kalau menginginkan panen bertahap terus-menerus, selama itu pula tempat sarang mereka jangan diganggu. Atau dapat digunakan sistem 2 bak yang saling berhubungan. Semula keduanya merupakan bak tempat berkembang biak, setelah diadakan panen pertama bak yang satu tetap sebagai tempat berkembang biak sedang yang satunya lagi sebagai tempat pengambilan. Kedua bak ini dibatasi dinding penyekat. Pada dinding tersebut dibuat lubang penghubung yang berfungsi sebagai jalan para belut berpindah tempat dari bak pembiakan ke bak pengambilan. Permukaan bak pengambilan dibuat lebih rendah sehingga belut yang sudah terlanjur pindah kemari tidak dapat balik lagi ke bak pembiakan.

Cara Budidaya Belut Dalam Tong

Cara Budidaya Belut Dalam Tong

Bagaimana cara budidaya belut ini secara lengkap, maka berikut bisa secara detail yang disajikan untuk Anda.

Perlengkapan 
Hal yang paling utama dan pertama sekali yang harus dipersiapkan dalam budidaya belut di dalam tong adalah peralatan-peralatan sebagai berikut: 
  • Tong atau Drum, disarankan yang terbuat dari bahan plastik agar tidak berkarat. 
  • Paralon 
  • Kawat Kasa 
  • Tandon sebagai penampung air 
  • Ember, cangkul, baskom dan juga jerigen.
Persiapan dan Teknik Budidaya Belut
Persiapan dan teknik budidaya belut perlu diketahui agar kelak mendapatkan hasil yang maksimal. Disini hal yang perlu diperhatikan adalah media pemeliharaan sebagai tempat berkembang biak atau media tempat membesarkan belut. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

A. Drum atau Tong
Drum yang digunakan untuk budidaya belut harus yang tidak bocor dan juga tidak berkarat. Bila drum yang digunakan terbuat dari besi atau kaleng, maka sebaliknya drum tersebut sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dari karat dan lakukan pengecetan ulang dan diamkan sampai kering hingga tidak berbau cat lagi.Cara mempersiapkan drum atau tong sebagai media budidaya belut dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut ini: 
  • Letakkanlah tong pada posisi tanah yang datar. Hal ini dilakukan agar media menjadi lebih luas. 
  • Buka bagian tengan drum dan sisakan 5 cm pada bagian sisi kiri dan kanan. 
  • Pasang alat sebagai penganjal agar drum tidak menggelinding dan bergerak. 
  • Buat saluran pembuangan dibawah tong. Letak saluran pembuangan ini dapat disesuaikan dengan penampungan limbah pembuangan. 
  • Buah peneduh tong, sehingga intensitas panas matahari tidak terlalu tinggi dan mengenai langsung ke permukaan drum. Bahan ini dapat dibuat dengan net atau waring dan bisa juga dibuat dengan bahan-bahan yang lebih sederhana lainnya.
B. Media Tanah
Media tanah yang digunakan adalah tanah yang tidak berpasir dan juga tanah yang tidak terlalu liat dan memiliki kandungan hara yang cukup. Dalam hal ini disarankan untuk menggunakan media tanah yang diambil dari sawah. Pematangan media tanah dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 
  • Masukkan tanah kedalam tong hingga ketinggian 30-40 cm 
  • Masukkan air hingga tanah becek namun tidak menggenang. 
  • Masukkan EM 4 sebanyak 4 botol kedalam tong. 
  • Aduk tanah sebanyak 2 kali sehari hingga tanah menjadi lembut dan gembur.
Perlu diketahui bahwa perlakuan di atas tidak berlaku untuk bahan baku tanah yang diambil dari sawah.

C. Media Instan Bokashi
Media ini dibuat di luar tong yang merupakan campuran dari bahan utama dan bahan campuran. Penggunaan 100 kilo bahan akan menghasilkan 90 kilo media instan bokashi. Untuk setiap tong ukuran 200 liter membutuhkan 40 kilo bokashi. Dalam pembuatan bokashi dibutuhkan bahan-bahan utama sebagai berikut: 
  • Jerami padi (40 persen) 
  • Pupuk Kandang (30 persen) 
  • Bekatul (20 persen) 
  • Potongan batang pisang (10 persen)Bahan dan campurannya terdiri atas 
  • EM4 
  • Air Sumur 
  • Larutan 250 gram gula pasir untuk menghasilkan 1 liter larutan molases.
Cara pembuatan media instan bokashi dilakukan sebagai berikut: 
  • Cacah jerami dan potongan batang pisang dan kemudian dikeringkan terlebih dahulu. Tanda bahan yang sudah kering adalah hancur ketika digenggam. 
  • Campurkan bahan cacahan diatas dengan bahan pokok lainnya dan aduk hingga merata. 
  • Campurkanlah bahan ini sedikit demi sedikit tetapi jangan terlalu basah. 
  • Tutup media dengan karung goni atau terpal selama 4-7 hari. 
  • Bolak balik campuran agar tidak membusuk.
D. Mencampur Media Tanah dan Media Bokashi
Untuk mencapur media tanah dan media bokashi dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 
  • Masukkan media Bokashi kedalam tong dan aduk hingga merata. 
  • Masukkan air kedalam tong hingga ketinggian 5 cm dan diamkanlah hingga terdapat plankton atau cacing (sekitar 1 minggu) selama proses ini berlangsung tong tidak perlu ditutup. 
  • Keluarkan air dari tong dan ganti dengan air baru dengan ketinggian yang sama. 
  • Masukkkan tumbuhan air yang tidak terlalu besar sebanyak 3/4 bagian dan ikan-ikan kecil. 
  • Masukkan vetsin secukupnya sebagai perangsang nafsu makan belut dan diamkan selama 2 hari.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ketinggian seluruh media, kecuali media tumbuhan air tidak lebih dari 50 cm.

E. Masukkan bibit belut
Setelah seluruh media budidaya diatas dipersiapkan, maka tahapan selanjutnya adalah menebarkan bibit belut. Bibit yang ditebar sebaiknya sebanyak 2 kg atau dengan jumlah bibit sebanyak 160-200 ekor.

Perawatan
Perawatan belut yang dibudidayakan didalam tong relatif lebih mudah karena pemantauan budidaya juga relatif kecil. Tetapi demikian perawatan harus tetapi diperhatikan, diantaranya adalah:

a. Pemberian Pakan
Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang volume pemberian pakan. Tetapi sebaiknya pakan diberikan 5 persen dari jumlah bibit yang ditebarkan. Pakan yang diberikan sebaiknya terdiri dari cacing, kecebong, ikan-ikan kecil, dan cacahan keong mas atau bekicot. Pemberian pakan diberikan pada hari ke-3 setelah bibit ditebar didalam tong. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada sore hari seperti kebiasaan belut makan dialam bebas, yaitu sore dan malah hari.

b. Pengaturan Air
Pengaturan air sangat diperlukan untuk membuang sisa makanan agar tidak menumpuk dan menimbulkan penyakit bagi belut. Pengaturan air ini dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih ke dalam tong. Sebaiknya air yang masuk berupa percikan air, dan hal ini sangat cocok dilakukan dengan menggunakan pipa paralon sebagai media aliran. Sementara untuk saluran pembuangan dapat dilakukan dengan membuat lobang pada tong di ketinggian 8 cm dari genangan air pada media. 
Selain itu untuk mengatur pembuangan sisa kotoran percikan air jugasangat bermanfaat untuk menambah oksigen.

c. Perawatan Tanaman Air
Tanaman air ini juga digunakan sebagai penjaga kelembaban tempat budidaya dan juga menjaga belut dari kepanasan.

d. Pemberian EM4.
EM4 berfungsi untuk menetralisir sisa-sisa pakan. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi bau. EM4 diberikan 2-3 kali sehari dengan dosis 1/2 sendok makan yang terlebih dilarutkandalam 1 liter air.

e. Perawatan  Disekitar Lokasi 
Perawatan di sekitar lokasi ini dilakukan untuk menjaga tong dari tanaman liar, lumut, dan hama maupun predator pemangsa seperti ayam.

Pemanenan
Pemanenan belut sudah dapat dilakukan setelah 3-4 bulan masa budidaya dilakukan atau sesuai dengan keinginan kita dan keinginan (permintaan) pasar. Pemanenan untuk media drum / tong tentunya lebih mudah, dan belut hasil budidaya siap dipasarkan.

Cara Budidaya Cacing Sutra

Cara Budidaya Cacing Sutra

 
Cacing sutera (Tubifex), sering juga disebut cacing rambut atau cacing darah merupakan cacing kecil seukuran rambut berwarna kemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm, dengan tubuh berwarna merah kecoklatan dengan ruas-ruas. Cacing ini hidup dengan membentuk koloni di perairan jernih yang kaya bahan organik.

Cacing rambut merupakan salah satu alternatif pakan alami yang dapat dipilih untuk memberi makan ikan yang anda pelihara, terutama pada saat fase larva hingga benih ataupun untuk ikan hias anda karena memiliki kandungan nutrisi yang baik dan cenderung seimbang dan sangat bagus untuk pertumbuhan ikan.

Di dalam tubuh cacing sutera terkandung kira-kira 57% protein dan 13% lemak, yang oleh karena itu merupakan pakan yang baik untuk ikan, tidak terkecuali ikan yang dipelihara manusia seperti lele atau ikan hias.

Cacing sutera biasanya diperoleh dengan cara menambang/mengambilnya dari sungai. Kegiatan penambangan ada yang dilakukan dengan cara menyelam. Apabila seorang penyelam menemukan koloni cacing sutera di dasar sungai, maka koloni cacing tersebut akan ditambang (diangkat) dari dasar sungai. Namun apabila penyelam tidak menemukan koloni cacing sutera di dasar sungai yang diselami, maka dia akan berpindah ke lokasi lain, yang jaraknya bisa beberapa kilometer dari lokasi semula.

Kegiatan penyelaman/pengambilan cacing tersebut dilakoni karena nilai ekonomi cacing sutera yang cukup menjanjikan. Harga cacing sutera berkisar antara Rp. 5. 000,00 sampai Rp. 7.000,00 per satu kaleng kecil (250 ml/kaleng susu).

Kini banyak upayayang dilakukan untuk mengembangkan budidaya cacing sutera di daratan. Dengan budidaya tersebut diharapkan mempermudah pengguna cacing sutera, setidaknya tidak perlu lagi menyelam ke dasar sungai yang pekat yang dalamnya mencapai 7 m bahkan lebih.

Pengembangan budidaya cacing sutera saat ini sudah banyak dilakukan. Teknik budidaya cacing sutera secara umum dapat dilakukan pada media lumpur yang dicampur dengan kotaran ayam dan bekatul. Bibit cacing sutera yang diperoleh dari alam ditanamkan ke dalam media tersebut setelah dikarantina terlebih dahulu untuk menghilangkan bakteri patogen yang dibawa dari habitat asalnya. Sebelum ditanami cacing sutera, media difermentasi terlebih dahulu dengan direndam air selama lebih kurang 3 hari. Selama proses budidaya, media dialiri air dengan debit sekitar 3 liter per detik. Panen cacing sutera dapat dilakukan seminggu sampai dua minggu setelah ditanam. Jika dibiarkan terlalu lama, maka jumlah cacing sutera akan berkurang kembali, karena secara alami terjadi persaingan antar-cacing itu sendiri.

Hasil produksi dari budidaya cacing sutera mencapai dua kali lebih banyak dibandingkan di habitat aslinya. Apabila budidaya dilakukan di pinggir sungai, maka produksi akan lebih banyak lagi. Dengan demikian budidaya cacing sutera yang sudah mulai diperkenalkan saat ini bisa meningkatkan penghasilan, mengingat permintaan cacing sutera masih cukup tinggi.

Apabila hasil budidaya cacing sutera kita mencapai 200 kaleng per minggu. Kalau harganya Rp. 5000,00 per kaleng, maka penghasilan kita bisa mencapai Rp. 1 juta per minggu. Jumlah penghasilan yang tidak bisa dikatakan kecil untuk ukuran masyarakat saat ini.

Cacing Sutera untuk Budidaya Ikan Hias

Cacing sutera di toko-toko tempat penjualan ikan hias kadang kala kosong, mungkin karena stok di pembudidaya belum ada. Anda jangan khawatir dan pasrah dengan keadaan, cobalah mandiri dan mulailah budidaya cacing sutera dari sekarang.

Budidaya cacing sutera sangat bermanfaat untuk ikan hias, salah satunya ikan cupang. Budidaya cacing suterasangat mudah dan gampang, tidak repot dalam pemeliharaan, serta pakan cacing yang relatif murah bila anda beli.Budidaya cacing sutera adalah solusi untuk lebih irit biaya dan mudah mendapatkanya ketimbang anda beli yang belum tentu ada.

Dengan mengkonsumsi cacing sutera ini ditambah dengan suplemen makanan ikan menjadikan ikan cupang indah warnanya dan sehat. Manfaat cacing sutera untuk ikan cupang lumayan banyak diantaranya memperkokoh ekor dan membuat mental ikan cupang anda lebih berani. Maka dari itu cacing suteraselain bisa dikonsumsi juga sangat penting bila dijadikan makananikan cupang. Dan tak ada salahnya jika kita membuka budidaya cacing suterakarena tidak terlalu repot untuk pengelolaannya. Apa yang harus diperhatikan dapat kita simak pada wacana berikut ini.

Habitat (Tempat Hidup)

Cacing ini hidup pada subtrat lumpur dengan kedalaman 0-4 cm.Seperti hewan air lain maka air memegang peranan penting buat kelangsungan hidup cacing ini. Parameterair yangoptimal untuk Budidaya cacing sutra adalah:
  • pH : 5,5 -8,0
  • Suhu : 25 – 28 C
  • DO(oksigen terlarut) : 2,5 – 7,0 ppm
  • Amoniak : <3,6
Cacing sutra merupakan hewan hermaprodit yang berkembang biak lewat telur secara eksternal. Telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah menjadi dua sebelum menetas.
Bahan organik yang baik untuk digunakan oleh cacing sutra adalah campuran antara kotoran ayam, dedak (bekatul) dan lumpur.

Teknik Budidaya Cacing Sutra

1.Persiapan Bibit
Bibit bisa dibeli dari toko ikan hias atau diambil dari alam
Catatan : Sebaiknya bibit cacing di karantina dahulu karena ditakutkan membawa bakteri patogen.

2. Persiapan Media
Media perkembangan dibuat sebagai kubangan lumpur dengan ukuran 1 x 2 meter yang dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air. Tiap tiap kubangan dibuat petakan petakan kecil ukuran 20 x 20 cm dengan tinggi bedengan atau tanggul 10 cm, antar bedengan diberi lubang dengan diameter 1 cm.

3. Pemupukan
Lahan di pupuk dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/ M2.

Cara pembuatan pupuknya :
  • Siapkan kotoran ayam, jemur 6 jam.
  • Siapkan bakteri EM4 untuk fermentasi kotoran ayam tersebut. Cari di toko pertanian atau toko peternakan atau balai peternakan.
  • Aktifkan/Kembangkan dulu bakterinya.
Caranya:
  •  ¼ sendok makan gula pasir dan 4ml EM4 masukkan dalam 300ml air terus diamkan kurang lebih 2 jam.
  • Campur cairan itu ke 10kg kotoran ayam yang dah di jemur tadi, aduk hingga rata.
  • Selanjutnya masukkan ke wadah yang tertutup rapat selama 5 hari
Mengapa harus difermentasi?

Karena dengan fermetasi maka kandungan N-organik dan C-organik bakal naik sampai 2 kali lipat

4. Fermentasi
Lahan direndam dengan air setinggi 5 cm selama 3-4 hari.

5. Penebaran Bibit
Selama Proses Budidaya lahan dialiri air dengan debit 2-5 Liter / detik

6. Tahapan Kerja Budidaya Cacing Sutra
Cacing sutra atau cacing rambut memang telah sejak lama dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif pakan ikan. Harga jual yang relatif tinggi, membuat bisnis cacing sutra cukup banyak dilirik orang.

Namun sayangnya, tidak banyak orang yang memahami teknis pembudidayaan cacing sutra ini. Berikut tahapan kerja yang harus dilakukan dalam pembudidayaan cacing sutra:
  • Lahan uji coba berupa kolam tanah berukuran 8 x 1,5 m dengan kedalaman 30 cm.
  • Dasar kolam uji coba ini hanya diisi dengan sedikit lumpur. Apabila matahari cukup terik, jemur kolam minimum sehari. Bersamaan dengan itu, kolamdibersihkan dari rumput atau hewan lain yang berpotensi menjadi hama bagi cacing sutra, seperti keong mas atau kijing.
  • Pipa Air Keluar (Pipa Pengeluaran/Outlet)dicek kekuatannya dan pastikan berfungsi dengan baik.Pipa Pengeluaran ini sebaiknya terbuat dari bahan paralon berdiameter 2 inci dengan panjangsekitar 15 cm.
  • Usai pengeringan dan penjemuran, usahakan kondisi dasar kolam bebas dari bebatuan danbenda-benda keras lainnya. Hendaknya konstruksi tanah dasar kolam relatif datar atau tidak bergelombang.
  • Dasar kolam diisi dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang dianggapbanyak mengandung bahan organik hingga ketebalan dasar lumpur mencapai 10 cm.
  • Tanah dasar yang sudah ditambahi lumpur diratakan, sehingga benar-benar terlihat rata dantidak terdapat lumpur yang keras.
  • Untuk memastikannya, gunakan aliran air sebagai pengukur kedataran permukaan lumpur tersebut. Jika kondisinya benar-benar rata, berarti kedalaman air akan terlihat sama di semuabagian.
  • Masukkan kotoran ayam kering sebanyak tiga karung ukuran kemasan pakan ikan, kemudiansebar secara merata dan selanjutnya bisa diaduk-aduk dengan kaki.
  • Setelah dianggap datar, genangi kolam tersebut hingga kedalaman air maksimum 5 cm, sesuaipanjang pipa pembuangan.
  • Pasang atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di kolam.
  • Kolam yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar gas yang dihasilkan dari kotoran ayam hilang. Cirinya, media sudah tidak beraroma busuk lagi.
  • Tebarkan 0,5 liter gumpalan cacing sutra dengan cara menyiramnya terlebih dahulu di dalambaskom agar gumpalannya buyar.
  • Cacing sutra yang sudah terurai ini kemudian ditebarkan di kolam budi daya ke seluruhpermukaan kolam secara merata.
  • Seterusnya atur aliran air dengan pipa paralon berukuran 2/3 inci.
Selain hal tersebut diatas, ada beberapahal yang penting untuk anda perhatikandalam budidaya cacing sutera antara lain sebagai berikut:
  • Wadah budidaya dapat berupa parit beton atau wadah yang dilapisi plastik, lebar 0,5 meter.
  • Pakan cacing sutra bisa berupa campuran kotoran ayam segar 50% dan lumpur kolam 50%. Tinggi media 5 cm.
  • Pemupukan ulang dilakukan dengan menambahkan kotoran ayam sebanyak 9% dari volume awal, dilakukan setiap minggu.
  • Media dialiri air irigasi, dengan debit air 900 ml/menit.
  • Benih cacing rambut ditebar sehari sesudah media kultur dialiri air, yaitu sebanyak 2 gram/ m2.
7. Makanan Cacing Sutra
Karena cacing sutra termasuk makhluk hidup, tentunya cacing sutra tersebut juga butuh makan. Makanannya adalah bahan organik yang bercampur dengan lumpur atau sedimen di dasar perairan. Cara makan cacing sutra adalah dengan cara menelan makanan bersama sedimennya dan karena cacing sutra mempunyai mekanisme yang dapat memisahkan sedimen dan makanan yang mereka butuhkan. Jadi kita juga harus menyediakan makanannya tersebut.

8. Panen
  • Panen cacing sutera dilakukan setelah budidaya berlangsung beberapa minggu dan berturut-turut bisa dipanen setiap dua minggusekali.
  • Cara pemanenan cacing suteradengan menggunakan serokhalus/lembut. Cacing sutera yang didapat dan masih bercampur dengan media budidaya dimasukkan kedalam ember atau bak yang diisi air, kira-kira 1 cm diatas media budidaya agar cacing rambut naik ke permukaan media budidaya. Ember ditutup hingga bagian dalam menjadi gelap dan dibiarkan selama enam jam. Setelah enam jam, cacing rambut yang menggerombol diatas media diambil dengan tangan.
  • Dengan cara ini didapat cacing sutera sebanyak 30-50 gram/m2 per dua minggu.
  • Untuk mendapatkan cacing rambut yang cukup dan berkesinambungan, panjang parit perlu dirancang sesuai dengan keperluan setiap harinya.

Cara Budidaya Toma

Cara Budidaya Toma


 
Tomat (Lycopersicon esculentum L.) merupakan tanaman asli dari Amerika Tengah dan Selatan. Tanaman ini bisa tumbuh optimal pada kisaran suhu 20-27oC dengan curah hujan sekitar 750-1250 mg per tahun. Budidaya tomat bisa dilakukan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, tergantung dari varietasnya. Secara umum tomat tumbuh pada ketinggian 1-1500 m dpl. Namun budidaya tomat di dataran tinggi biasanya lebih produktif dibanding dataran rendah.

Dewasa ini terdapat lebih dari 400 varietas tomat yang ditanam secara global. Ada varietas yang hanya cocok di dataran tinggi seperti berlian, mutiara dan kada. Ada yang cocok di dataran rendah seperti varietas intan, ratna dan CLN. Ada juga yang bisa ditanam baik di dataran tinggi maupun rendah, seperti GH2 dan GH4.

Memilih benih tomat
Untuk memilih jenis tomat yang akan ditanam hendaknya sesuaikan dahulu dengan karateristik lokasi. Kebun yang berada di dataran tinggi pilihlah varietas yang cocok untuk dataran tinggi begitu juga sebaliknya.

Langkah membuat benih tomat sendiri sebagai berikut, pilih buah tomat yang akan dijadikan benih. Kemudian biarkan buah tomat tersebut menua di pohon. Setelah cukup tua ambil bijinya dan bersihkan dari lendir yang menyelubunginya dengan air. Setelah itu rendam dalam air, pilih biji yang tenggelam. Kemudian lakukan seleksi sekali lagi terhadap biji tomat, pilih yang bentuknya sempurna (tidak cacat atau keriput). Setelah itu keringkan dengan dijemur dan simpan dalam wadah yang kering dan steril.

Penyemaian benih tomat
Sebelum ditanam secara luas, benih tomat sebaiknya disemaikan dahulu sampai memiliki daun dan batang yang cukup kuat. Penyemaian hendaknya dilakukan di atas media yang terpisah dengan penanaman masal. 

Untuk budidaya tomat, sebaiknya pilih media persemaian dengan ploybag. Hal ini untuk mengurangi resiko tanaman stres ketika dipindahkan. Namun persemaianpolybag ini biayanya relatif lebih mahal. Apabila Anda memilih persemaian bedeng, hendaknya hati-hati saat mencabut dan memindahkan bibit. Lamanya penyemaian sampai tanaman siap dipindahkan sekitar 35-40 hari.

Tips untuk persemaian bedengan :
  1. Buat larikan (garis) diatas media persemaian dengan jarak antar larik 5 cm dan kedalaman larik 1 cm.
  2. Taburkan benih dalam larikan, jangan sampai bertumpuk-tumpuk, sebaiknya jarak antar benih 2-3 cm. 
  3. Kemudian tutup larikan dengan tanah dan siram secukupnya. 
Metode pemindahan bibit bisa dilakukan dengan dua cara ;
  1. Pertama dengan pencabutan, sebelum benih dicabut siram dengan air untuk melunakan media sehingga akar tidak putus ketika ditarik. 
  2. Kedua, cara putar yaitu mengambil tanaman dengan tanah disekitarnya.
Persiapan tanam
  • Tomat tumbuh baik pada tingkat keasaman tanah pH 5,5-7. Apabila tanah terlalu asam (<5,5), tambahkan dolomit atau kapur pertanian. Manfaat pengapuran selain menaikan pH tanah juga untuk memperbaiki struktur tanah. Dosisnya harus disesuaikan dengan tingkat pH tanah masing-masing.
  • Bajak atau cangkul tanah hingga gembur kemudian bentuk bedengan dengan ketinggian 30 cm, lebar 1 meter dan pajang mengikuti kontur lahan. Buat jarak antar bedeng selebar 30-40 cm. Kemudian diamkan tanah kira-kira satu minggu.
  • Setelah itu, berikan pupuk dasar berupa pupuk organik seperti pupuk kandang atau pupuk kompos sebanyak 20 ton per hektar. Aduk hingga merata diatas bedengan. Untuk memperkaya kandungan fosfor bisa ditambahkan pupuk TSP secukupnya (kira-kira 5 gram per tanaman). Untuk budidaya tomat organik, jangan ditambahkan pupuk kimia tapi pupuk dasar harus lebih banyak, kira-kira 30-40 ton per hektar.
  • Kemudian tutup bedengan dengan mulsa plastik, penutupan dengan mulsa sangat berguna terutama pada musim kemarau. Mulsa plastik berguna untuk mempertahankan kelembaban tanah, mengendalikan gulma dan agar buah tomat tetap bersih tidak menyentuh tanah. Biarkan kembali tanah selama satu minggu sebelum ditanami.
Penanaman bibit tomat
  • Pertama-tama buat lubang tanam pada mulsa dengan diameter 5-7 cm. Dalam satu bedengan terdapat dua lajur lubang tanam, jarak antar lajur sebesar 70-80 cm dan jarak antar lubang dalam satu lajur 40-50 cm, kedalaman lubang tanam kira-kira 5-7 cm.
  • Setelah itu masukkan bibit siap tanam. Untuk bibit yang disemai dalam polybagatau pot, lepas terlebih dahulu wadahnya lalu masukkan semua media tanam tanpa mencabut akar tanaman. Kemudian tutup dan ratakan dengan tanah sekitar. Untuk bibit yang ditanam di persemaian bedeng, masukkan tanaman kemudian timbun dengan tanah bekas galian lubang. Ratakan dan siram dengan air untuk menjaga kelembabannya.
  • Pemeliharaan dan perawatan
Tanaman tomat cukup sensitif dan perlu perawatan yang intensif. Tanaman ini sangat rentan terhadap hama dan penyakit, terutama yang ditanam di dataran rendah. Setelah pemanenan, resiko kerusakan buah tomat masih tinggi sekitar 20-50%. Berikut beberapa perawatan penting apabila kita hendak melakukan budidaya tomat:
  1. Penyulaman: Penyulaman berfungsi untuk mengganti tanaman yang gagal tumbuh, baik sakit atau rebah karena cuaca. Penyulaman dilakukan setelah seminggu tomat ditanam. Cabut tanaman yang terlihat tidak sehat (kuning/layu) atau mati. Ganti dengan bibit sisa penyemaian.
  2. Penyiangan: Penyiangan dalam budidaya tomat biasanya dilakukan 3-4 kali selama musim tanam. Pada areal tanam yang ditutup mulsa penyiangan bisa lebih jarang lagi. Penyiangan bertujuan untuk mengangkat gulma yang ada di areal tanam. Pertumbuhan gulma akan menganggu tanaman, karena tanaman harus bersaing dalam mendapatkan nutrisi. Selain itu gulma juga mengundang hama dan penyakit yang bisa menyerang tanaman utama.
  3. Pemangkasan: Pemangkasan pada tanaman tomat dilakukan setiap minggu. Pemangkasan tunas yang tumbuh pada ketiak daun harus segera agar tidak tumbuh menjadi batang. Pemangkasan tunas muda bisa dilakukan dengan tangan. Namun apabila batang sudah terlalu keras, sebaiknya gunakan pisau atau gunting. Untuk mengatur ketinggian tanaman tomat, ujung tanaman bisa dipotong. Pemotongan ujung tanaman dilakukan setelah terlihat jumlah dompolan buah sekitar 5-7 buah.
  4. Pemupukan tambahan: Pada budidaya tomat organik, semprotkan pupuk organik cair yang mempunyai kandungan kalium tinggi pada saat tanaman akan berbunga dan berbuah (fase generatif). Penyemprotan bisa dilakukan setiap minggu. Harus diperhatikan, pupuk organik cair harus diencerkan terlebih dahulu, 1 liter pupuk cair dengan 100 liter air. Penting untuk dicatat, konsentrasi pupuk organik cair tidak boleh melebihi 2%. Selain itu, kita bisa menambahkan pupuk kandang atau kompos setelah tanaman berumur 2-3 minggu dengan dosis satu gengam tangan per tanaman. Untuk budidaya tomat non-organik, pada usia satu minggu berikan campuran urea dan KCl dengan perbandingan 1:1 sebanyak 1-2 gram per tanaman. Kemudian setelah umur 2-3 minggu berikan kembali urea dan KCl sebanyak 5 gram per tanaman. Bila pada umur lebih dari 4 minggu tanaman masih terlihat kurang gizi berikan urea dan KCl sebanyak 7 garm per tanaman. Perhatikan, pemberian urea dan KCl jangan sampai mengenai tanaman karena bisa melukai tanaman tersebut. Berikan jarak 5-7 cm dari tanaman.
  5. Penyiraman dan pengairan: Tanaman tomat tidak terlalu banyak membutuhkan air, namun jangan sampai kekurangan. Kelebihan air dalam budidaya tomat membuat pertumbuhan vegetatif (daun dan batang) yang subur tetapi akan menghambat fase generatif. Sebaliknya, kekuranga air yang berkepanjangan bisa menyebabkan pecah-pecah pada buah tomat yang dihasilkan. Kekeringan yang panjang bisa menyebabkan kerontokan bunga. Penyiraman hendaknya disesuaikan dengan kondisi cuaca. Bila curah hujan cukup relatif tidak perlu lagi penyiraman. Justru yang harus diperbaiki adalah saluran drainase agar air tidak menggenang disekitar areat tanaman. Pada musim kemarau, penyiraman bisa dilakukan pada pagi hari. Cegah jangan sampai tanah retak-retak kekeringan.
  6. Pemasangan lanjeran: Pemasangan lanjeran atau ajir bertujuan sebagai tempat mengikatkan tanaman agar tidak roboh. Lanjeran dibuat dari bambu sepanjang 1,5-2 meter. Lanjeran ditancapkan pada jarak sekitar 10-20 cm dari tanaman. Lenjeran bisa dibiarkan tegak mandiri atau ujungnya diikatkan dengan lanjeran lain yang berdekatan. Pengikatan ujung berguna untuk memperkokoh posisi lanjeran. Pemasangan lanjaran hendaknya sedini mungkin untuk mencegah luka pada akar tanaman akibat penancapan. Tanaman yang masih kecil akarnya belum menyebar kemana-mana sehingga kemungkinan tertancap kecil. Luka pada akar yang diakibatkan tusukan lanjeran bisa menghambat pertumbuhan dan mengundang penyakit. Pemasangan lanjeran dilakukan setelah tinggi tanaman berkisar 10-15 cm. Ikatkan tanaman tomat dengan tali plastik pada lanjeran. Model ikatan sebaiknya berbentuk angka 8 agar batang tomat tidak terluka karena bergesekan dengan tiang lanjeran. Ikatan hendaknya jangan terlalu kuat agar tidak menghambat pembesaran batang. Setelah itu, setiap tanaman bertambah tinggi 20 cm ikatkan batang tanaman dengan tali plastik pada lanjeran.
Pengendalian hama dan penyakit
Beberapa jenis hama dan penyakit yang kerap menyerang budidaya tomat antara lain, ulat buah, kutu daun thrips, lalat putih, lalat buah, tungau, nematoda, penyakit layu, bercak daun, penyakit kapang daun, bercak coklat, busuk daun dan busuk buah. Apabila serangannya menggila, hama dan penyakit tersebut bisa disemprot dengan pestisida. Penggunaan pestisida harus bijak, sesuaikan dengan lingkungan sekitar (para petani lain), riwayat penyemprotan dan ikuti petunjuk/dosis penggunaan. Apabila tomat yang akan diproduksi ditujukan untuk pasar organik, hendaknya menggunakan pestisida yang alami.

Hama dan penyakit pada budidaya tomat tidak bisa diberantas dengan hanya mengandalkan pestisida saja. Karena manfaat pestisida hanya sementara dan jangka pendek. Selebihnya serangan hama dan penyakit akan tetap datang dan kemungkinan akan lebih resisten. Menaikan dosis penggunaan pestisida mungkin efektif tapi akan menimbulkan efek lingkungan yang buruk dan juga menaikan biaya produksi. Kalau pun harus menggunakan pestisida sebaiknya berganti-ganti merek dengan bahan aktif berbeda.

Untuk menanggulangi hama dan penyakit secara menyeluruh gunakan prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu (PHT). Penerapan PHT harus dilakukan secara berkesinambungan. Adapun variabel-variabel yang harus diperhatikan antara lain pemilihan bibit unggul atau varietas yang cocok, benih bebas penyakit, pemberian pupuk berimbang, rotasi tanaman, memanfaatkan predator alami, memanfaatkan tanaman pengusir hama dan terakhir penyemprotan pestisida baik kimia sintetis maupun alami.
Pemanenan budidaya tomat

Budidaya tomat baru bisa dipanen 60-100 hari setelah tanam, tergantung dari varietasnya. Penentuan waktu panen berdasarkan umur tanaman kadang kala tidak efektif. Sebaiknya gunakan pengamatan fisik terhadap tanaman. Tanaman tomat sudah dikatakan siap panen apabila kulit buah berubah dari hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun menguning dan bagian batang mengering.

Pemetikan hendaknya dilakukan di pagi atau sore hari karena pada siang hari tanaman masih melakukan fotosintesis. Pada keadaan demikian penguapan sedang tingi-tingginya sehingga buah tomat yang dipetik akan cepat layu. Pemanenan bisa dilakukan setiap 2-3 hari sekali. Di Indonesia produktivitas tanaman tomat secara rata-rata mencapai 15,84 ton per hektar. Namun untuk varietas tertentu dan didaerah-daerah tertentu bisa mencapai 25-30 ton per hektar.